Oleh Ustadz Ibnu Rochi Syakiran

Galau merupakan perasaan resah, gelisah, was-was dan bimbang akan segala sesuatu. Ada seseorang yang galau karena memikirkan dampak buruk maksiat yang dijalankannya atau galau memikirkan masa depannya, galau akibat su’udzdzon kepada Allah SWT, dan adapun seseorang yang galau tentang kehidupannya kelak di akhirat.

Dalam satu hadits disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang menjadikan akhiratnya sebagai kegelisahannya, Allah memberikan kecukupan dalam hatinya, menguatkan batinnya, dunia datang berbondong-bondong kepadanya, barang siapa yang menjadikan dunia sebagai kegelisahannya, maka Allah akan jadikan kefakiran di hadapannya, dan Allah akan cerai beraikan hatinya, dunia datang kepadanya dengan sedikit hanya untuk mencukupinya saja.” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah menganjurkan kita berlindung dari rasa galau yang berlebihan. Galau berlebihan bisa mendatangkan syaitan. Allah berfirman dalam Qur’an Surat Az-Zukhruf Ayat 36: “Barangsiapa yang berpaling dari mengingat Allah Yang Maha Pemurah (Al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.”

Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat penghilang galau, simak surat dan ayat berikut:

Pertama, QS. At-Taubah Ayat 51: “Qul lan yushiibanaa ilaa maa kataballahu lanaa huwa maulaanaa wa’alallahi falyatawakkalil mu’minuun(a).” Artinya: Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”

Yakinlah bahwa semua yang terjadi bahagia dan kesusahan sudah dituliskan dan tak mungkin bisa dihindari, musibah tidak akan mengurangi umur kita di dunia, kesedihan tidak akan menambah atau mengurangi rezeki yang kita terima, tawakkal dan pasrahkanlah semuanya kepada Allah dan percaya bahwa Allah tidak mungkin akan menyia-nyiakan hamba-Nya.

Kedua, QS. Al An’am Ayat 17: “Wa-in yamsaskallahu bidhurrin falaa kaasyifa lahu ilaa huwa wa-in yamsaska bikhairin fahuwa ‘ala kulli syai-in qadiirun.” Artinya: “Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”

Sandarkanlah harapan hanya kepada Allah satu-satunya yang bisa menghilangkan musibah, mengharap kebaikan dari setiap musibah yang Allah berikan, jangan bersandar kepada selain Allah untuk menghilangkan musibah agar pahala tidak terhapus, dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai senjata saat musibah melanda.

Ketiga, QS. Hud Ayat 6: “Wamaa min daabbatin fiil ardhi ilaa ‘alallahi rizquhaa waya’lamu mustaqarrahaa wamustauda’ahaa kullun fii kitaabin mubiinin.” Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”

“Wahai manusia bertaqwalah kalian kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki, sesungguhnya seseorang tidak akan meninggal dunia sampai disempurnakan rezekinya, meski agak lambat, maka bertaqwalah kepada Allah dan pandailah dalam mencari, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah)

Semua orang membawa rezeki mereka masing-masing, Allah telah menentukan rezeki bagi tiap makhluk, kita tidak boleh iri dengki dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain, Allah terkadang melambatkan rezeki agar kita menyadari kebesaran Allah dan semakin mendekat kepada-Nya.

Keempat, QS. Hud Ayat 56: “Innii tawakkaltu ‘alallahi rabbii warabbikum maa min daabbatin ilaa huwa aakhidzun binaashiyatihaa inna rabbii ‘ala shiraathin mustaqiimin.” Artinya: “Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.”

Kesedihan dan musibah tidak membuatnya melalaikan Allah SWT, istiqamahlah dalam beribadah meski banyak masalah, berharap ampunan Allah SWT, hindari mengeluhkan musibah kecuali hanya sekedar berbagi sesaat saja, meyakini keadilan Allah SWT meski musibah datang bertubi-tubi. Perbanyaklah shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, aku menjadikan shalatku seluruhnya untuk membaca shalawat Nabi (dalam shalat Sunnah), Rasulullah bersabda : “Kesedihanmu akan terobati, dan dosamu akan diampuni.” (HR. Tirmidzi)

Kelima, QS. Fathir Ayat 2: “Maa yaftahillahu li-nnaasi min rahmatin falaa mumsika lahaa wamaa yumsik falaa mursila lahu min ba’dihi wahuwal ‘aziizul hakiim(u).” Artinya: “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. “

Para malaikat yang menurunkan rahmat dan kebaikan kepada manusia tidak akan ada yang bisa menghalanginya, semua kebaikan dan rahmat yang diterima oleh manusia adalah dari Allah. Dia-lah yang menentukan, tidak ada yang bisa mendatangkan semua itu melainkan hanya Allah saja. Tidak boleh menisbatkan kebaikan kepada selain Allah, rezeki, kesembuhan, hidayah, semua datang dari Allah bukan karena kehendak siapapun.

Keenam, QS. Al Ankabut Ayat 60: “Waka-ai-yin min daabbatin laa tahmilu rizqahaallahu yarzuquhaa wa-ii-yaakum wahuwassamii’ul ‘aliim(u).” Artinya: “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Ketujuh, QS. Az-Zumar Ayat 38: “Wala-in saaltahum man khalaqas-samaawaati wal ardha layaquulunnallahu qul afara-aitum maa tad’uuna min duunillahi in araadaniyallahu bidhurrin hal hunna kaasyifaatu dhurrihi au araadanii birahmatin hal hunna mumsikaatu rahmatihi qul hasbiyallahu ‘alaihi yatawakkalul mutawakkiluun(a).” Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.”

Rezeki adalah ketentuan dari Allah SWT, manusia tidak boleh sombong ketika mempunyai kekayaan dan mengatakan bahwa kekayaannya adalah karena usaha dan kepandaiannya, manusia juga tidak boleh berputus asa karena kelemahannya. Allah Maha Mendengar doa-doa dan harapan manusia dan Allah Maha Melihat usaha dan kondisi manusia.

Allah mengendalikan matahari dan bulan, Allah juga menundukkan rezeki manusia, miskin dan kaya bukan karena iman atau tidak, banyak orang kafir yang kaya raya demikian juga orang yang beriman, orang beriman tidak akan menjadi miskin hanya karena ia hati-hati dalam mencari rizkinya, miskin beriman jauh lebih baik daripada miskin tapi kafir.