Oleh Ustadz Fauzi Bahreisy

Apalah artinya jabatan yang tinggi, status sosial yang terhormat, harta yang melimpah, tubuh yang sehat dan kuat, serta pikiran yang cerdas tanpa disertai oleh tuntunan petunjuk Allah SWT. Tak tahu mana yang halal dan haram, yang benar dan keliru, serta yang hak dan batil. Kalau sudah demikian, hidup manusia akan menjadi sengsara dan menderita, di dunia maupun akhirat.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa masih banyak di antara kaum Muslimin yang tersesat jalan meskipun telah membaca berulang kali: “Ihdinas shiraatal mustaqim” yang artinya “Tunjukilah kami ke jalan yang lurus.” Apa yang salah dan keliru sehingga umat Islam, khususnya, masih mudah terjerumus ke dalam kesesatan yang dibuat oleh setan, baik dari kalangan jin maupun manusia?

Hal ini lantaran doa dan keinginan untuk mendapatkan petunjuk tidak disertai dengan kesungguhan dan upaya nyata. Padahal, doa baru menjadi efektif dan membuahkan hasil ketika disertai upaya dan usaha untuk meraihnya. Karena itu, ketika menggambarkan doa sebagian manusia yang meminta kebaikan dunia dan akhirat serta terhindar dari api neraka, Allah SWT menutup ayat itu dengan berkata, “Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Al-Baqarah, [2]: 202) Artinya, mereka mendapatkan sesuai upaya yang mereka lakukan, tidak hanya sekadar berdoa.

Dalam konteks ini, meminta petunjuk baru sebatas doa dan keinginan. Yang diperlukan selanjutnya adalah usaha untuk mendapatkan petunjuk itu. Langkah kedua yang mesti dilakukan untuk mendapatkan petunjuk dan hidayah Allah SWT adalah dengan membaca, mempelajari, mengkaji, dan mengamalkan Alquran sebagai kitab petunjuk bagi manusia (QS. Al-Baqarah, [2]: 185) berikut sunah Nabi SAW.

Jika kedua sumber ini menjadi referensi utama bagi setiap Muslim dalam bergerak dan beraktivitas, insya Allah akan selalu dalam petunjuk Allah SWT. “Kutinggalkan untuk kalian dua hal yang kalau kalian berpegang pada keduanya, kalian tidak akan tersesat selamanya: Kitabullah (Alquran) dan sunah nabi-Nya.” (HR. Malik)

Usaha ketiga adalah dengan berkumpul dalam lingkungan yang saleh dan taat. Sebab, kondisi lingkungan, terutama teman, sangat menentukan keimanan, keyakinan, dan perilaku seseorang. “Seseorang bergantung kepada agama temannya. Karena itu, hendaknya setiap kalian memperhatikan siapa yang layak dijadikan temannya.” (HR. Ahmad) Jika hal itu dilakukan, doa meminta hidayah yang senantiasa kita panjatkan dalam setiap shalat, insya Allah akan terkabul dan terwujud dalam kehidupan. Semoga Allah SWT memberikan hidayah kepada kita semua. Aamiin.