Al-Irsyad Online: Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah semalam menggelar acara Haflatul Ied bagi warga Al-Irsyad di Jakarta dan sekitarnya. Acara yang berlangsung di Gedung Langen Palikrama, Jl. Kramat Raya itu berlangsung meriah, dihadiri sekitar 1.000 warga Al-Irsyad dari Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Hadir pula perwkilan diplomatik dari negara-negara Islam yang selama ini dikenal dekat dengan Al-Irsyad, seperti Arab Saudi, Sudan, dan Yaman, disamping undangan dari ormas-ormas Islam.

Bertindak sebagai pembicara adalah Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, ketua PP Muhammadiyah, dan Ir. Ahmad Ganis, dari Dewan Pakar Al-Irsyad. Tahun lalu, yang bertindak sebagai pembicara di acara yang sama adalah KH Hasyim Muzadi, ketua umum PB Nahdlatul Ulama.

Dalam ceramahnya, Din Syamsuddin mengajak warga Al-Irsyad untuk turut memikirkan dakwah di kalangan umat Islam ‘abangan’, yang selama ini kurang tergarap. “Mereka  sangat membutuhkan dakwah dari kita. Selama ini kita hanya berkutat di kalangan santri yang sudah terbiasa mengaji,” katanya.

Namun menurut Din, dalam berdakwah dengan kalangan tersebut dibutuhkan kiat-kiat khusus, dalam hal prioritas materi dakwah yang harus disampaikan.  “Jangan belum apa-apa sudah di ceramahi soal bid’ah, khurafat, dan sejenisnya. Mereka bakal langsung lari nanti,” katanya.

Menurutnya, dalam berdakwah kita memang harus menyesuaikan diri dengan alam pikiran target dakwahnya. Dan hal seperti ini juga dicontohkan oleh Nabi saw.

Dalam kesempatan itu, Din juga mengajak para pemimpin Islam Indonesia untuk bekerja keras meningkatkan kualitas umat. Sebab selama ini, nyatanya umat Islam hanya besar secara kuantitatif, sementara secara kualitatif masih payah. Juga menjadikan umat sebagai problem solver (pemecah masalah) bangsa.

“Selama ini kita masih menjadi part of problem (bagian dari masalah). jadi kita harus bisa tampil di depan,” kata Din.

Sementara itu, Ir. Ahmad Ganis yang menjadi penceramah kedua mengajak seluruh komponen Al-Irsyad merumuskan kembali Mabda’ Al-Irsyad untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berubah drastis. Ini bukan bukan mengganti Mabda’, tapi mereformulasikannya agar sesuai dengan tuntutan zaman.

“Tanpa reformmulasi seperti itu, bisa jadi kita akan menjadi generasi terakhir (the last generation) Al-Irsyad,” katanya. Sebab generasi di bawah kita sudah tidak tertarik dengan Al-Irsyad yang ‘ketinggalan zaman’.

Dalam kesempatan tersebut Ahmad menguraikan aplikasi enam pokok Mabda Al-Irsyad, yang seyogyanya dimaknai sesuai perkembangan zaman yang semakin maju.

Ia juga meminta perhatian seluruh warga Al-Irsyad terhadap tantangan zaman modern, yang mengharuskan kita menyesuaikan gerak langkah organisasi, baik piranti ideologis maupun piranti praktisnya, dengan tantangan itu.  (MA)