Oleh Ustadz Fauzi Bahreisy

Manakala menjadi imam shalat bagi kaum Muslimin di tempatnya, Mu’adz ibn Jabal RA membaca surat yang agak panjang, sehingga ada salah seorang makmum yang memisahkan diri dan menunaikan shalat sendiri. Tindakan makmum tersebut spontan mendapat sorotan dari sebagian orang. Bahkan, ada yang menganggapnya sebagai munafik. Merasa tidak nyaman dengan kondisi itu, dia melaporkan kasusnya kepada Rasulullah SAW.

Dia mengadukan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mendengar dari orang tersebut, Rasulullah SAW memanggil Mu’adz seraya berkata, ”Apakah engkau mau menjadi tukang fitnah wahai Mu’adz?” Rasulullah SAW mengulanginya sampai tiga kali (HR. Bukhari). Artinya, Rasulullah SAW menegur tindakan Mu’adz yang telah menyulitkan jamaah shalat dengan membaca surat yang agak panjang. Hadis di atas memberikan gambaran mengenai Islam yang sebenarnya.

Islam yang hadir sebagai agama yang penuh rahmat: tidak memberatkan dan tidak pula menyulitkan. Islam yang hadir sebagai agama yang pertengahan: tidak berlebihan dan melampaui batas. Serta Islam sebagai agama yang seharusnya memikat dan melahirkan simpati, bukan justru membuat orang lari dari agama. Pada hadis di atas, tindakan ceroboh dan berlebihan dalam shalat yang membuat orang lain merasa berat dan tidak senang, mendapat teguran dari Rasulullah SAW. Padahal, itu tampak sepele. Apalagi tindakan ekstrem dan melampaui batas yang lebih daripada itu.

Karenanya, ketika Rasulullah SAW mengutus Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa ke Yaman, Rasulullah SAW berpesan, ”Permudahlah, jangan mempersulit! Berikan kabar gembira, jangan membuat orang malah lari dari agama!” (Muttafaq alaih). Pesan ini sangat penting untuk menjadi pegangan setiap Muslim, terutama para Dai atau aktivis dakwah. Cara dakwah yang penuh hikmah seperti yang ditampilkan Rasulullah SAW akan mendapatkan simpati dan respons positif.

Sebaliknya, cara dakwah yang keras dan ekstrem, serta menebar teror dan ketakutan, tidak hanya menimbulkan efek buruk kepada oknum pelakunya, namun juga kepada Islam karena ia akan dianggap sebagai agama radikal dan kejam. Kalau ini terjadi, maka persis seperti yang dikatakan oleh Muhammad Abduh, ”Keindahan Islam tertutupi oleh perilaku umat Islam.”

Dari sini kita memahami mengapa Rasulullah SAW bersabda, ”Janganlah kalian ekstrem dalam beragama. Sebab, yang membuat generasi terdahulu binasa adalah tindakan ekstrem dalam beragama.” (HR. Ibn Ahmad, Majah, dan An-Nasai).