Oleh Ustadz Suhairi Umar

Apa kebutuhan dasar manusia yang sebenarnya? Apakah makan, minum, pakaian, atau tempat tinggal? Tentu jawabannya berbeda-beda, tergantung siapa yang ditanya dan dari sisi mana orang memandangnya. Bagi sebagian orang semua yang telah disebutkan adalah kebutuhan dasar manusia. Tetapi, bagi sebagian bukan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan. Lalu, apa yang paling dicari dan harus dimiliki manusia sebelum yang lainnya. Tentu, jawabannya adalah iman atau akidah yang benar.

Manusia dipenuhi segala keperluannya oleh Allah dalam kehidupan di dunia. Diberi makan, minum, pakaian, tempat tanggal, keluarga, kehidupan yang aman, tenang, istirahat dan segala keperluan fisik manusia. Segala yang ada di langit dan di bumi disediakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Itu semua sebagai modal manusia hidup di dunia. Namun, sebelum itu semua, Allah telah menyuplai kebutuhan rohani kita, yaitu iman yang lurus. Pengakuan yang kita ikrarkan di hadapan Allah ketika masih dalam kandungan, sebelum kita dilahirkan. Iman inilah yang akan menyelamatkan kita, ketika malaikat datang menjemput kita, kembali kepada sang pencipta.

Manusia dalam perspektif Islam, membutuhkan iman dan akidah yang benar. Untuk meraih akidah yang benar, manusia harus menggunakan dua dalil (petunjuk); naqli (Alquran dan Hadis) dan aqli (akal yang digunakan untuk memahami). Akal manusia harus digunakan dan latih untuk mengenal hakikat segala sesuatu yang ada di dunia. Akal dan hati harus menyatu dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan paling mendasar dalam kehidupan. Dari mana manusia datang? Ke mana akan kembali? Dan untuk apa manusia ada di bumi? Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat esensial akan terus bermunculan, jika manusia terus melatih otaknya untuk berfikir, dari mana aku dan dari mana dunia ini berasal? Apakah aku tercipta dengan sendirinya? Ataukah di sana ada pencipta? Siapakah pencipta itu? Apa hubungan aku dengan-Nya? Ada apa setelah kematian? Apakah kehidupan ini akan berakhir dengan kematian saja? atau masihkah ada kehidupan setelah kematian? Di mana manusia akan mendapat balasan dari perbuatannya? Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan kejelekan akan dibalas dengan kejelekan pula? Untuk apa manusia diciptakan? Apa tujuan manusia diberi akal dan keinginan? Apakah akhir dari keberadaannya di dunia? Dan bagaimana manusia bisa tahu letak pemberhentian akhir dalam hidupnya?

Semua pertanyaan ini tidak akan terjawab dengan sempurna, kecuali kita memiliki akidah yang benar dan keimanan yang bersih. Akidah yang mengajarkan manusia bahwa dia hanyalah seorang makhluk dari sang maha pencipta. Dzat yang menciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan rupa, kemudian diberi ruh dan rizki dari sisinya.

Akidah yang benar akan menuntun manusia mengenal dirinya. Tahu kemana ia sedang menuju setelah kehidupan. Kenapa ia dimuliakan dan dihormati. Di dunia manusia hanya diuji. Diuji menjalankan ibadah kepada Allah. Memakmurkan masjid dengan ibadah dan kegaiatan yang diridoi Allah Swt.

Manusia yang hidup tanpa akidah yang benar akan mengalami kehidupan yang sulit, sengsara dan gersang. Hidup dalam kegelapan meskipun dunia terang. Hidup dalam kesempitan meskipun rumahnya lapang. Hidupnya susah meskipun harta berlimpah. Manusia tidak bisa dijauhkan dari akidah. Manusia tidak bisa jauh dari Tuhannya, karena manusia lemah, cemas, takut, sedih, kecuali mereka yang tertancap dalam hatinya akidah yang kuat dan mengakar. Manusia secara fitrah selalu berakidah tauhid, mencari akidah yang benar dan lurus.

Jiwa manusia akan selalu gelisah, ruhnya lapar, nurani kosong, sampai ia menemukan iman kepada Allah, baru akan menemukan ketenangan, aman setelah takut, dan akan menemukan dirinya yang sebenanya.

Alquran dalam surat Ar Rum ayat: 30, menegaskan bahwa iman merupakan fitrah dasar manusia, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah) tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Sumber: Narasihikmah.com