Oleh: Abud Hadianto Sungkar
(Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah)

 

Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah, atau biasa dikenal dengan nama singkat Al-Irsyad, akan melaksanakan Muktamarnya yang ke-40 di Bogor pada 16-18 November 2017. Berbarengan dengan Muktamar ini juga akan digelar Musyawarah Besar (Mubes) dua badan otonom utama di lingkungan Al-Irsyad, yaitu Mubes ke-11 Pemuda Al-Irsyad dan Mubes ke-8 Wanita Al-Irsyad, pada waktu dan di tempat yang sama. Muktamar kali ini diadakan dalam suasana Milad ke-103 Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang berdiri pada 6 September 1914.

Muktamar tahun ini mengambil tema “Menyongsong Kebangkitan Al-Irsyad sebagai Organisasi Pembaharu dan Moderat”. Tema ini relevan dengan tekad Al-Irsyad Al-Islamiyyah saat ini untuk makin meneguhkan jati dirinya sebagai pelopor pembaharuan Islam di Indonesia, sesuai dengan ide-ide reformasi Islam yang di bawa oleh Syekh Ahmad Surkati dari trio reformis dunia, yaitu Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan M. Rasyid Ridha.

Ide-ide reformasi Islam itu disebarkan oleh Syekh Ahmad Surkati terutama melalui jalur pendidikan dan pengajaran, baik di sekolah-sekolah formal yang didirikan Al-Irsyad maupun lewat pengajaran-pengajaran khusus kepada para mahasiswa Islam yang kuliah di universitas-universitas umum saat itu. Mereka umumnya para aktifis Jong Islamieten Bond (JIB). Seperti Mohammad Natsir, Mohammad Roem, Kasman Singodimedjo, dan lain-lain.

Syekh Ahmad Surkati mengambil pilihan melalui jalur pendidikan untuk menyebarkan ide-ide reformasinya dan pemurnian Islam, mengikuti jalan yang ditempuh Muhammad Abduh di Mesir. Kata-katanya yang selalu diingat oleh seluruh kader Al-Irsyad adalah: “Al-Irsyad adalah at-ta’lim (pendidikan atau pengajaran)”.  Menurut Surkati, manusia adalah makhluk ciptaan yang sempurna dalam rangka mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi. Maka, kesempurnaan manusia tersebut perlu diberdayakan, dan pemberdayaan tersebut hanya dapat dilakukan dengan pendidikan. Ahmad Surkati meyakini bahwa pendidikan dan pengajaran adalah kunci tercapai dan terciptanya kemajuan peradaban manusia.

Seperti halnya Muhammad Abduh di Mesir, Ahmad Surkati memberlakukan kurikulum modern untuk sekolah-sekolah yang didirikan Al-Irsyad yang sebenernya merupakan sekolah berbasis agama Islam. Materi pelajaran yang diajarkan tak hanya Bahasa Arab, qawaid, nahwu, sharf, balaghah, Al-Quran beserta tafsirnya, hadits dengan Musthalah hadisnya, tapi juga ilmu hitung, ilmu bumi, ilmu ukur/handasah, ilmu mantik, ilmu tarikh, bahasa Belanda, dan ilmu tata buku. Konsep di atas terlihat bahwa kurikulum yang di susun oleh Ahmad Syurkati menunjukkan keahliannya dalam bidang kurikulum, kurikulum yang di susunnya memberi peluang bagi siswa untuk berkembang dan berkompetesi berdasarkan kemampaun dan bakat yang mereka miliki.

 

Pendidikan Bebasis Karakter

Sejak awal mendirikan sekolah atau Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah di Batavia pada 6 September 1914, Syekh Ahmad Surkati sudah menerapkan sistem pendidikan berbasis karakter di sekolah Al-Irsyad.

Basis karakter ini terlihat dari penanaman kuat sikap bertauhid dan keluhuran budi kepada setiap siswa Al-Irsyad, yang terus menjadi ciri khas sekolah-sekolah Al-Irsyad sampai saat ini. Pendekatan yang dilakukan oleh Ahmad Surkati adalah memperhatikan muridnya dari segi budi pekerti dan intelektual, pemikiran yang mampu diterima oleh muridnya, menggunakan pendekatan rasional dalam pembelajaran, personal psikologis dan konseling dalam memahami minat, bakat dan kemampuan siswanya.

Syekh Ahmad Surkati juga senantiasa menekankan pada para murid sekolah Al-Irsyad untuk memiliki jiwa yang merdeka, bukan jiwa yang rendah. Karena hanya dengan jiwa yang besar dan merdeka maka bangsa ini bisa tumbuh menjadi bangsa yang kuat dan melawan penjajahan asing. Salah satu murid kesayangan Syekh Surkati, Abdul Halim asal Lampung menuturkan apa yang disampaikan Syekh Ahmad Surkati di kelasnya di tahun 1924:

“Jika kalian sudah tamat dari sekolah Al-Irsyad ini, lalu ingin untuk menjadi pegawai pada salah satu kantor Pemerintah Hindia Belanda, maka sekolah ini bukanlah sekolah yang tepat bagi kalian belajar. Jika kalian benar ingin menjadi pegawai Pemerintah Belanda, maka saya nasihatkan pada kalian supaya benahi koper-koper kalian dan kembalilah ke tempat asal kalian masing-masing. Al-Irsyad tidak membuka sekolah-sekolah Seperti yang dibuka oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk bekal bagi kalian menjadi pegawai Pemerintah yang menjajah bangsa dan tanah air kalian. Sekolah-sekolah ITU telah menanamkan jiwa kecil kepada anak-anak pribumi, sehingga apabila kalian berhadapan muka dengan mereka itu, kalian sudah lebih dahulu mengaku kalah sebelum bertempur. Jiwa kalian sudah mati sebelum mati yang hakiki.”

Kepada para pemuda Jong Islamieten Bond yang dibinanya di kelas-kelas khusus malam hari, Surkati juga keras tegas mengajarkan keyakinan Qur’ani bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan bebas dan merdeka. Belanda bukan hanya menjajah fisik namun juga menindas harkat dan jiwa bangsa Indonesia.

Abdul Halim juga menuturkan betapa Ahmad Surkati pernah marah saat para murid berdiri di kelas untuk menghormati beliau yang masuk klas mereka. Ahmad Surkati melarang mereka berdiri dengan mengatakan, “La taquumu li ahadin waqumu lillah qanitin (Jangan berdiri untuk seseorang, tapi berdirilah dengan ikhlas untuk Allah). Sungguh, tak ada beda antara orang Arab dan pribumi asli. Di hadapan Allah semua dinyatakan sama, hanya takwa mereka yang membedakan.” Ini sebuah ajaran persamaan derajat (musawwa) yang sangat membekas dan mempengaruhi karakter setiap siswa Al-Irsyad saat itu dan terus berlanjut sampai sekarang.

Di masa kini, ajaran musawwa itu mungkin sudah jadi keniscayaan di masyarakat. Tapi, di masa lalu, apalagi di masa penjajahan di mana warga pribumi asli dianggap sebagai warga kelas tiga oleh pemerintah dan hukum kolonial Belanda, prinsip musawwa ini sangat menggugah harga diri sebagai seorang Muslim menghadapi pengkotak-kotakan yang sudah melembaga itu. Dan ini menjadi warna reformasi yang di bawa Ahmad Surkati dan Al-Irsyad di Indonesia.*