Menag resmikan IC Cipanas, 7 Mei 2013

Menteri Sosial Dr. Salim Segaf al-Jufri hari ini (Senin, 6 Mei 2013) meresmikan “Islamic Center Syuhada Kuwait Al-Irsyad Al-Islamiyyah” yang terletak di Cipanas, Kabupaten Cianjur (Jawa Barat). Bangunan Islamic Center yang berdiri di atas tanah seluas sekitar dua hektar milik Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah ini merupakan bantuan dari Kuwait, yang dimaksudkan sebagai penghormatan atas para syuhada yang gugur selama agresi dan pendudukan Irak ke negeri Teluk itu di tahun 1990.

Saat meresmikan Islamic Center itu, Menteri Sosial berharap agar Islamic Center ini dapat memberi manfaat besar bagi masyarakat Muslim Indonesia, khususnya yang berada di Cipanas dan sekitarnya. “Semoga Islamic Center ini dapat member manfaat besar terhadap kaum muslimin di negeri ini, khususnya di Cipanas dan Jawa Barat,” katanya.

Menteri Sosial juga menyoroti bahwa bantuan untuk Islamic Center Al-Irsyad di Cipanas ini hanyalah salah satu dari banyak bantuan yang telah diberikan pemerintah dan masyarakat Kuwait kepada Indonesia. Banyak bantuan lain berupa gedung-gedung pendidikan, rumah yatim piatu dan lainnya di seluruh Indonesia.

Sementara itu, ketua umum Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah H. ABDULLAH DJAIDI mengucapkan terima kasih banyak atas kerjasama dan bantuan dari Kuwait ini, dan berharap kerjasama ini akan terus berlangsung di masa depan. Abdullah juga menjelaskan bahwa organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyyah adalah organisasi Islam independen yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan sosial, yang berakidah Ahlussunah sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, yang bersih dari hal-hal yang bersifat bid’ah dan khurafat.

Abdullah Djaidi juga menjelaskan bahwa hubungan kesejarahan Al-Irsyad dengan Kuwait sudah berlangsung lama melalui persahabatan antara Syekh Ahmad Surkati, pendiri Al-Irsyad, dengan Syekh Abdul Aziz ar-Rasyid, seorang ulama dan pendidik asal Kuwait yang dating ke Indonesia atas dorongan Syekh Ahmad Surkti pada pada 1930. Kedatangan syekh yang membawa pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh dan anti kolonialisme di saat bangsa Indonesia tengah bergolak melawan penjajahan Belanda ini, ternyata banyak berperan dalam menyadarkan semangat anti kolonialisme Belanda di kalangan warga Al-Irsyad dan bangsa Indonesia secara umum, melalui tulisan-tulisan di majalah milik Al-Irsyad Surabaya dan Bogor, serta kelompok-kelompok diskusi khusus. Kelompok diskusi di Surabaya malah sampai ditutup oleh Belanda. Syekh Abdul Aziz ini bahkan menikah dengan seorang gadis Cipanas, tempat yang menjadi lokasi Islamic Center ini.

Sedangkan menurut duta besar Kuwait Dr. Nasser Bareh al-Enezi, hubungan politik Indonesia-Kuwait secara resmi sudah berlangsung selama lima puluh tahun. Tapi sebetulnya, secara non-formal hubungan antara kedua masyarakat sudah berlangsung jauh lebih lama. Ia membenarkan informasi yang diungkapkan oleh ketua umum Al-Irsyad tentang Syekh Abdul Aziz ar-Rasyid, dan menyatakan itu sebagai salah satu bukti hubungan antar masyarakat kedua negara yang sudah terjalin lama.

Di kesempatan yang sama, Dr. Ahmad, ketua Maktab Syuhada Kuwait, menyatakan bahwa bantuan berupa Islamic Center ini merupakan pembuktian penghormatan besar pemerintah dan masyarakat Kuwait  terhadap para syuhada Kuwait yang gugur selama pendudukan Irak di tahun 1990. Penghormatan ini diwujudkan dalam bentuk amal-amal kemanusian, terutama bantuan pendirian fasilitas-fasilitan pendidikan, kesehatan, sosial dan dakwah di negeri-negeri lain yang membutuhkan. Selain di Indonesia, mereka juga membangun fasilitas sosial pendidikan di Filipina, Libanon, Nigeria, Mesir dan lainnya.

Khusus untuk Indonesia, pembangunan Islamic center ini yang terdiri dari masjid, lokal-lokal kelas belajar, Asrama siswa, sekolah tahfizul Qur’an dan lainnya, juga untuk makin mempererat persahabatan antara Kuwait dan Indonesia. “Ini membuktikan perhatian kami yang besar kepada kebutuhan umat Islam Indonesia,” katanya.

Islamic Center Al-Irsyad Al-Islamiyyah ini berdiri di atas tanah seluas dua hektar milik Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Bangunan yang telah berdiri saat ini berupa masjid jami’, 12 lokal kelas,  12 lokal asrama dan 2 rumah untuk guru khusus, yang akan digunakan sebagai lembaga pendidikan formal Al-Irsyad dan untuk kegiatan-kegiatan training dan perkaderan di lingkungan organisasi dan pendidikan Al-Irsyad Al-Islamiyyah.  Luas bangunan ini mencapai 25% dari seluruh luas tanah yang ada.*