Wakil Presiden Boediono secara resmi membuka Muktamar Al-Irsyad Al-Islamiyyah ke-39 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (18/6). Muktamar yang bertepatan dengan satu abad usia ormas ini, dalam hitungan tahun hijriah, diikuti oleh 115 cabang dan 21 wilayah dari Aceh sampai Papua.

Wakil Presiden Boediono secara resmi membuka Muktamar Al-Irsyad Al-Islamiyyah ke-39 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (18/6). Muktamar yang bertepatan dengan satu abad usia ormas ini, dalam hitungan tahun hijriah, diikuti oleh 115 cabang dan 21 wilayah dari Aceh sampai Papua.

Di awal sambutannya, Wakil Presiden Boediono menyampaikan salam hangat dari Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada seluruh peserta Muktamar Al-Irsyad. Presiden berhalangan hadir untuk membuka Muktamar ini karena sedang ada tugas negara di luar negeri. “Saya diminta mewakili beliau untuk membuka dan memberikan sambutan pada Muktamar Al-Irsyad kali ini,” kata Wapres Boediono.

Dalam sambutannya, Wakil Presiden mengapresiasi kiprah seratus tahun Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah di masyarakat, dan sampai sekarang terus menunjukkan kiprahnya. yang sudah 100 tahun usianya.

“Tak bisa dipungkiri, sebuah organisasi masyarakat yang mampu bertahan seratus tahun pasti sudah meninggalkan bekas yang mendalam pada kehidupan bangsa ini,” kata Boediono. Ia pun lantas mengutip kata-kata Bung Tomo, pahlawan nasional yang menjadi tokoh pertempuran 10 November Surabaya, yang mengaku sudah mengenal gerakan Al-Irsyad sejak kanak-kanak. “Al-Irsyad adalah gerakan yang senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan segenap gelombang perjuangan bangsa Indonesia, sejak dalam usaha-usaha untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan Belanda sampai pada waktu mempertahankan Negara Proklamasi 17 Agustus 1945 dan sesudahnya.”

Boediono juga memuji Al-Irsyad sebagai organisasi yang modern dan punya semangat egaliter. “Kesan yang saya tangkap, Al-Irsyad memiliki ciri demokrasi dan semangat modernitas  yang kuat dalam tubuhnya. Al-Irsyad tidak menekankan pada hierarki, tetapi lebih bersifat egaliter,” katanya.

Menurut Boediono, Islam, demokrasi, dan modernitas, yang melandasi perjuangan Al-Irsyad Al-Ilamiyyah selama ini adalah sejalan dengan apa yang kita semua perjuangkan di alam reformasi ini. “Karenanya saya berharap Al-Irsyad dapat terus tampil dengan ide-idenya yang kreatif, inovatif, serta mampu menangkap kembali etos pembaruan dan kemodernan pendirinya, serta tidak tenggelam dalam rutinitas yang mengarah kepada kemandekan,” kata Boediono.

Wapres juga menyebutkan tantangan umat Islam Indonesia saat ini yang bukan hanya pada bagaimana secara konsisten mengamalkan toleransi terhadap perbedaan yang ada di antara agama-agama dan keyakinan, tetapi juga  bagaimana menjaga persatuan di dalam lingkungan umat Islam sendiri dengan menghindarkan diri dari sikap merasa benar sendiri dan sikap sesat-menyesatkan. Apalagi bila hal ini kemudian diikuti dengan tindak kekerasan yang melanggar hukum.

“Dengan dukungan  organisasi  masa  Islam  seperti  Al-Irsyad, NU, dan Muhamaddiyah, tugas bangsa ini dalam memberantas segala bentuk kekerasan, apalagi yang menjurus kepada terorisme akan dibuat jauh lebih mudah demi kemaslahatan masa depan bangsa ini,” jelasnya.

Dengan meningkatkan koordinasi di antara berbagai eleman masyarakat, diharapkan ormas-ormas Islam termasuk al-Irsyad dapat membangun masyarakat Indonesia yang madani dan sejahtera. “Karenanya saya berharap Al-Irsyad dapat terus mempertahankan dan tampil dengan ide-idenya yang kreatif, inovatif, serta mampu menangkap kembali etos pembaharuan dan kemoderenan pendirinya, dan tidak tenggelam dalam rutinitas yang mengarah kepada kemandekan,” kata Boediono.

Wakil Presiden juga menyambut baik uluran tangan Ketua Umum Al-Irsyad Al-Islamiyyah, KH Abdullah Djaidi, untuk terus membantu program-program pemerintah di bidang pendidikan dan sosial, seperti yang sudah dilakukan Al-Irsyad selama ini.

Selain wapres, juga hadir Menteri Sosial Salim Assegaf al-Jufri, mantan ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, duta besar negara sahabat, dan pimpinan ormas Islam lainnya.

Al-Irsyad Al-Islamiyah berdiri sejak 1914, tersebar di 23 wilayah, serta memiliki 128 cabang yayasan, sekolah, dan pesantren, serta 8 rumah sakit di beberapa kota.

Sebanyak 400 peserta menghadiri muktamar yang dilangsungkan selama dari 18-20 Juni.

Al-Irsyad Al-Islamiyyah berdiri pada 15 Syawwal 1232 H, bertepatan dengan 6 September 2014. Tokoh sentral pendiri Al-Irsyad adalah Syeikh Ahmad Surkati al-Anshari.*