“Kalau seseorang memberikan kepada Bapak/Ibu makanan yang lezat, dengan cara dilemparkan dengan kasar dan dengan bentakan, kira-kira apa reaksi Bapak/Ibu?” kata Dr. Leyla Mona Ghonim kepada peserta Training Organisasi hari kedua yang berlangsung di Sekretariat PP Al Irsyad.
“Bagaimana Bapak/Ibu? Senang atau tersinggung?” la juta Dr. Mona
“tersingguuuuung…” jawab peserta training serempak.

Di penghubung training itu, Dr. Mona Ghonim menyampaikan materi training dengan judul _Mengelola Organisasi Dengan Pendekatan Organisas_. Disampaikan bahwa pilihan cara berkomunikasi menjadi bagian yang sangat penting bagi suksesnya kepemimpinan dalam berorganisasi. Komunikasi yang baik akan memudahkan tercapainya tujuan organisasi dengan mudah, sebaiknya, buruknya komunikasi akan Menyulitkan proses organisasi. Bukan tidak mungkin, komunikasi yang buruk akan mengakibatkan hancurnya organisasi.

Komunikasi yang baik mensyaratkan beberapa hal. Pertama, harus tercipta “sama makna” antara penyampaian komunikasi dengan penerima pesan. “Jangan sampai, di kepala penyampai _jambu air_ di kepala penerima pesan _jambu biji_” kata ahli komunikasi ini. Jika terjadi, pesan komunikasi yang baik ditangkap sebagai keburukan? Akibat lebih lanjut? Reaksi yang merugikan bagi kedua belah pihak!

Trainer ya g selalu tampil mempesona ini juga mengingatkan, bahwa komunikasi juga harus memperhatikan pihak-pihak yang diajak berkomunikasi. Kepentingan, pengalaman, pengetahuan, dan cara berfikir pihak penerima pesan komunikasi sangat memengaruhi bentuk komunikasi seperti apa yang seharusnya dipilih.
Bagaimana jika ada konflik? Mona mengingatkan bahwa adanya konflik menunjukkan bahwa di antara pihak yang berkonflik itu ada _hubungan yang penting_. Konflik tidak akan terjadi antar orang yang tidak saling berhubungan, apalagi tidak saling kenal. Makin dekat hubungan seseorang, makin besar kemungkinan timbulnya konflik. Di Al Irsyad, misalnya, Mungkin saja terjadi konflik antar pihak. Bukan karena saling tidak sayang, atau ada pihak yang tidak mencintai organisasi. Sebaliknya, kadang justru ada orang yang ci tanya berlebihan, sehingga over sensitif. Orang begini, cenderung melihat orang lain selalu salah, semata karena khawatir organisasi yang dicintainya terluka.

Pada hari kedua ini juga tampil menyampaikan materi training, Ustadz Umar Basyarahil. Sekjen PP Al Irsyad ini menyampaikan materi Program Kerja Umum dan Kebijakan Organisasi. Materi ini memberikan pendalaman tentang bagaimana AD/ART dan amanat muktamar lainnya diwujudkan dalam kebijakan dan program kerja. Kemudian, juga disampaikan bagaimana pilihan cara kerja dalam mewujudkan program dan kebijakan itu menjadi langkah nyata.

Salah satu topik yang nampak menarik bagi Peserta adalah bagaimana semua ke inakan dan program itu dijalankan dengan sistem kolektif kolegial. Dalam sistem ini tidak ada seorangpun dianggap lebih menonjol dari orang lain. Semua kebijakan strategis diputuskan secara bersama oleh pimpinan yang ada.

Selain 2 materi tersebut, peserta juga diajak untuk berlatih menyusun program kerja di lingkungan kepengurusan Al Irsyad di mana peserta berkhidmat. Dalam menyusun program itu harus mempertimbangkan kondisi obyektif cabang, akses dana, sdm, dan sebagainya. Selanjutnya peserta diminta untuk mempresentasikan dan mempertahankan program ya di hadapan peserta lain dan para trainer.

Pada sessi akhir sebelum penutupan, peserta training di eri kesempatan untuk berdiskusi bebas dengan Pengurus Pimpinan Pusat. Mereka dipersiapkan mengemukakan keluhan, menginformsikan potensi yang ada, dan rencana-rencana yang sdh disusun. Pengurus PP juga menginformSikan sejumlah program unggulan PP yang dimungkinkan diadopsi di tingkat cabang. Hadir dalam sessi ini, Ketum PP, Dr. Faisol Bin Madi, Ketua Majelis Kader, Ustadz Zufar Bawazir, Anggota Majelis Dakwah, M Feirous, dan anggota Majelis Kader, Sugarbo.

Training ditutup tepat pada pukul 17.00Wib.