Oleh Ustadz Fauzi Bahreisy

Ada satu hal yang bisa kita ambil pelajaran dalam sejarah Nabi kita Muhammad SAW yaitu ketika Rasulullah akan meninggal dunia. Didetik-detik terakhir Rasul SAW melihat kaum muslimin yang sedang melaksanakan shalat subuh berjamaah, Rasulullah membuka tirai rumahnya lalu melihat kepada kaum muslimin yang sedang menunaikan shalat berjamaah. Ketika itu Rasulullah terlihat oleh para sahabat sedang tersenyum dan itulah yang tidak bisa mereka lupakan, mereka teringat dan terkenang dengan senyuman manis Rusulillah SAW.

Senyuman adalah satu hal yang melekat pada pribadi Rasulillah SAW. Rasulullah adalah orang yang paling banyak tersenyum, Rasulullah adalah orang yang paling sering memberikan wajah ceria, bermuka manis dihadapan para sahabat.

Seorang sahabat bernama Abdullah Ibn Al-Harits RA mengatakan, “Aku tidak melihat ada orang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulillah SAW.” Setiap kali sahabat melihat Rasulillah selalu mereka melihat Rasulullah dalam kondisi tersenyum, bermuka manis dihadapan mereka dan itu yang membuat hati mereka tertarik kepada Rasulillah dan itu pula yang membuat banyak orang simpati kepada Rasulillah SAW.

Senyuman memang merupakan jalan untuk membuka hati manusia, senyuman banyak menjadikan orang-orang yang tadinnya musuh menjadi kawan, mereka yang tadinya menjadi rival tetapi kemudian mereka menjadi sahabat yang akrab karena senyuman yang kita berikan. Begitulah Rasulullah SAW mengajarkan senyuman adalah indikasi dari baiknya akhlak dari baiknya budi pekerti dari mulianya sifat-sifat yang kita miliki. Bahkan Rasulullah SAW bukan hanya tersenyum tetapi juga mendorong para sahabat untuk juga tersenyum dihadapan saudaranya.

Rasulullah bahkan mengatakan bahwa senyuman sebagian dari sedekah dan akan mendatangkan pahala. Rasulullah mengatakan, “Tabassumuka Fii Wajhi Akhiika Laka Shodaqoh.” Senyummu dihadapan saudaramu adalah sedekah, barangkali kita tidak punya banyak harta untuk berinfaq, barangkali kita tidak punya uang untuk bersedekah di jalan Allah SWT, tetapi kita masih memiliki senyuman yang bisa kita berikan kepada saudara kita dan itu akan mendatangkan pahala di sisi Allah SWT.

Kita tidak boleh mengabaikan dan menafikan kebaikan sekecil apapun, Rasulullah SAW menyebutkan, “Laa tahqiranna minal ma’ruufi syai-an, wa lau an talqa akhaka bi wajhin thalqin,” Jangan kalian remehkan kebaikan sekecil apapun meskipun hanya sekedar tersenyum, bermuka manis dihadapan saudaramu tidak bermuka masam, tidak bermuka cemberut, tetapi senyuman yang kita berikan kepada saudara kita. Inilah yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad SAW. Inilah yang harusnya melekat pada diri dan sifat pribadi muslim karena mencontoh Nabinya.

Mudah-mudahan kita bisa memberikan sesuatu untuk saudara kita yang menjadi akhlak, ciri dari akhlak mulia kita dan menjadi pembuka jalan bagi hati banyak manusia yaitu dengan tersenyum, tidak banyak tenaga yang kita keluarkan, tidak banyak energi yang kita buang, hanya dengan tersenyum akan mendatangkan pahala disisi Allah SWT. Tetapi senyuman yang tulus yang diridhoi oleh Allah SWT.