Oleh Ustadz Suhairi Umar

Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah, dan Adam pula manusia pertama dan satu satunya yang mendapatkan pendidikan secara langsung dari Allah Swt.

Para malaikat sempat mempertanyakan, kenapa Allah memilih manusia sebagai wali-Nya, padahal dalam diri manusia terdapat sifat jelek yang bisa mengakibatkan pertumpahan darah dan kerusakan di muka bumi. Mengapa tidak memilih mereka yang bersih dari segala sifat jahat dan durhaka serta selalu mensucikan-Nya.

Allah tidak menjawab secara langsung kegelisahan para Malaikat tersebut, Allah hanya berfirman, “Sesunggguhnya, Aku mengetahui/mengilmui segala sesuatu yang tidak kamu ketahui.”

Dia (Allah) mengajarkan Adam segala nama-nama yang telah diciptakan, beserta fungsi dan kegunaannya. Kemudian Adam mendemonstrasikan kepada seluruh malaikatNya, termasuk jin segala ilmu dan kemampuan yang dimiliki Adam.

Inilah jawabannya kenapa Allah memilih manusia menjadi orang yang dipercaya untuk menjaga, memelihara dan memakmurkan dunia. Allah yang maha Alim dan Bijaksana mengajarkan Adam tentang segala hal ”al’asma’a kullaha”.

Allah mengilmui Adam sebagai manusia pertama semua nama, berikut bentuk, sifat dan fungsinya. Misalnya Allah mengajarkan nama air, dan fungsinya; untuk bersuci, minum, menghilangkan rasa haus dan dehidrasi, melangsungkan kehidupan manusia, tumbuhan, binatang, menyimpan oksigen serta kandungan-kandungan lain yang ada di dalamnya.

Adam diajari ilmu tentang bumi/tanah yang bisa digunakaan untuk bersuci (pengganti air), tempat salat, lahan bercocok tanam dan tempat tinggal.

Demikian juga Allah mengajarkan zat-zat dan kekayaan alam yang tersembunyi di dalam perutnya, seperti emas, perak, besi, tembaga, aluminium, minyak mentah, hingga kandungan panas dan magma, serta lapisan bumi dan lempengnya.

Tidak ada yang terlewatkan dari ilmu Allah, karena semua itu makhluk-Nya dan semua tunduk kepada pencipta-Nya dan semua diajarkan kepada Adam (manusia pertama).

Begitu pula Allah mengilmui Adam tentang seluk beluk anatomi tubuhnya, di mana yang disebut mata dan fungsinya, telinga dan kegunaannya, ini yang disebut kulit dan jaringan syarafnya dan bagaimana menggunakan dan menjaganya.

Itulah Allah Rabb maha pencipta segalanya dari yang mudah sampai yang sulit, dari yang tampak sampai yang tersembunyi. Allah mengajarkan tentang laut dan samudra apa yang ada di dalamnya dan bagaimana mengelolanya.

Allah mengilmui Adam tentang galaksi dan tata surya serta sistem kerja beserta manfaatnya bagi kehidupan manusia. Inilah bekal pemimpin, bekal khalifah Allah di muka bumi, bagaimana mungkin seorang pemimpin tidak mengenal apa dan bagaimana sesuatu yang dipimpinnya.

Tidak masuk akal, jika seseorang yang diamanahi untuk memelihara dan memakmurkan sesuatu tidak tahu apa fungsi dan kegunaan sesuatu yang akan dijaga dan dipelihara.

Islam dan Pendidikan

Islam adalah agama yang sangat mengedepankan pendidikan. Islam mengkritik orang yang hanya beragama karena faktor keturunan dan budaya ikut-ikutan (taqlid) meskipun dalam taraf tertentu masih diperbolehkan.

Ayat Suci pertama yang kita terima adalah “iqro’ bismi rabbik” (QS. Al-‘Alaq: 1-5) “bacalah dengan nama Tuhanmu”.

Membaca di sini tidak hanya dibatasi dengan tulisan dan kertas, namun lebih dari itu, melibatkan seluruh panca indera. Belajar yang lebih terfokus pada buku atau tulisan sebenarnya memutar balikkan fakta belajar.

Cobalah kita perhatikan, bagaimana teori grafitasi bisa disimpulkan adalah berawal dari sebuah pengalaman dan fenomena alam, kemudian peristiwa aneh ini dinamai grafitasi, yang selanjutnya berkembang menjadi pohon ilmu yang tumbuh lebat dan bercabang.

Teori hukum Newtont II misalnya mengatakan “reaksi yang timbul sebanding dengan aksi yang digunakan.” Begitu pula dengan bulatnya bumi, dan rumitnya sistem tata surya, berawal dari sebuah “pembacaan” yang menyeluruh dengan melibatkan seluruh panca indera.

Allah menyindir manusia yang punya mata tapi tidak bisa memberikan hasil yang diinginkan karena hanya memfungsikannya sekadar alat mengindra bukan alat mencari ilmu,

”Apakah mereka tidak melihat bagaimana unta diciptakan, langit ditinggikan, gunung ditegakkan, dan bumi dihamparkan, ingatlah!” (QS. Al Ghasyiah: 17-21).

Yang diminta ayat ini bukan sekedar membuka mata dan mencari-cari objek yang diperintahkan untuk dilihat.

Dari kegiatan melihat yang disertai dengan niat dan melibatkan seluruh panca indera dan akal yang sehat telah terbukti menghasilkan butiran-butiran hikmah yang tak ternilai.

Unta adalah simbol makhluk hidup yang memiliki keistimewaan tersendiri yang bisa hidup dan berjalan selama sekian hari di tengah panasnya gurun pasir tanpa minum dan makan.

Dari “melihat” yang menyeluruh pada makhluk hidup pula lahir disiplin ilmu yang kita kenal dengan Biologi, dan kedokteran.

Begitu pula perintah untuk “melihat” langit yang ditinggikan membuat manusia bukan hanya tahu tentang ilmu Astronomi, tapi juga bisa menjelajah luar angkasa seperti, bulan dan mars akibat dari melihat yang menyeluruh (integral).

Manusia bisa memprediksi cuaca yang membantu kelancaran aktifitas mereka baik di darat maupun di udara. Satelit yang terbang mengitari bumi pun hasil dari “melihat” yang disengaja dan terstruktur. Bumi yang terdiri dari lautan dan daratan pun memberikan berkah yang melimpah setelah “dilihat” dengan penuh ketelitian.

Ingatlah! Manusia tidak akan mencapai itu semua tanpa ilmu pengetahuan dan pendidikan yang menyeluruh bukan parsial. Allah tidak memerintahkan melihat unta hanya sekedar hewan tunggangan, langit bukan hanya pemandangan di tengah malam, dan bumi bukan hanya tempat tinggal. Allah mendidik hambanya untuk belajar melihat segala ciptaan-Nya dengan penglihatan yang menyeluruh.

Pendidikan di Indonesia

Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan yang sekuler-materialistik. Sistem semacam ini terbukti telah gagal menghantarkan manusia menjadi sosok pribadi yang utuh, (insan kamil) generasi yang cerdas, peduli bangsa dan kelak mampu menjadi pemimpin yang ideal.

Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya, paradigma pendidikan yang keliru, di mana dalam sistem sekuler, asas penyelenggara pendidikan juga sekuler.

Tujuan pendidikan yang ditetapkan juga adalah buah dari paham sekuler tadi, yakni sekedar membentuk manusia-manusia yang berpaham materialistik dan serba individualistik.

Lima puluh tahun lebih Republik ini berdiri, sudah banyak lulusan sekolah formal yang menjadi pengusaha, politisi, teknokrat, birokrat, petani, pedagang, polisi, dan tentara.

Semuanya berbuat sesuai ilmu dan pengalaman belajar yang mereka peroleh di bangku sekolah dulu. Maka, faktor pendidikan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.

Setelah menyaksikan itu semua para Malaikat terhenyak dan serentak seraya berkata dengan penuh kekaguman atas ilmu yang diberikan Allah kepada Adam(manusia)

”Maha suci Engkau ya Allah tidak ada yang kami ketahui selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami sesungguhnya Engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana.” (Yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya).

Kemudian Allah berfirman:
”Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini”, maka setelah diberitahukannnya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: ”Bukankah sudah Ku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang tampak olehmu dan yang tersembunyi dari kalian?”(QS.Al Baqarah: 30-35)

Sangatlah jelas kandungan dari ayat tadi bahwa segala ilmu berasal dari yang maha Alim dan Maha Pencipta Allah Swt.

Maka sangat aneh, jika fenomena yang terlihat sekarang ada orang atau lembaga yang memisahkan ilmu menjadi dua bagian ilmu agama dan ilmu dunia seakan akan keduanya adalah dua hal yang berbeda. Bahkan yang lebih ektrim tidak mempercayai agama setelah menyelami ilmu dunia.

Para pendahulu kita salafussholeh dan ilmuan islam terdahulu seperti Ibnu Shina misalnya memahami dan memperaktekkan ilmu kedokteran berangkat dari spirit keimanan dan kekhalifahan sehingga tidak menjadikannya berfikir dikotomis antara ilmu dunia dan ilmu akhirat. Aljabar pun demikian menguasai dengan detail ilmu hitung dan geometri berpijak pada spirit Al-Qur’an dan ketundukan yang penuh kepada Allah.

Jika semua manusia pembelajar mencari ilmu berangkat dengan dasar keimanan terhadap dzat yang Maha Alim Allah swt. Pasti Allah akan membukakan tabir-tabir ilmu yang belum pernah diketahui orang lain.

Allah berfirman ”Bukankah sudah kukatakan kepada kalian sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui sesuatu yang tampak oleh kalian dan yang tersembunyi.”

Dari ayat diatas bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai dan tidak parsial yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan karena semuanya bersumber dari dzat yang satu Allah Swt.

Ketika Allah berfirman: ”Apakah mereka tidak melihat bagaimana unta itu diciptakan, dan langit ditinggikan, dan gunung yang ditegakkan, serta bumi bagaimana dihamparkan.”

Apakah pantas di hadapan Allah kita mengatakan bahwa ilmu yang mengulas tentang seluk beluk makhluk hidup seperti binatang dan manusia hanya disebut ilmu Biologi semata tanpa ada hubungannya dengan maha pencipta?

Apakah layak ketika kita mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan angkasa dan tata surya disebut Astronomi belaka?

Apakah sopan, ketika kita menyatakan bahwa ilmu yang berkaitan dengan gunung dan bumi itu hanya ilmu Geologi atau Geofisika saja?maha suci Allah yang telah menciptakaan dan menundukkan seluruh jagad raya.

Ungkapan ilmu bebas nilai ini muncul dari mereka yang tidak pernah mengenal Al Qur’an dan Assunnah Assohihah yaitu orang-orang barat yang notabene mayoritas non muslim dan bahkan memusuhi Islam.

Balasan Orang Berilmu

Setelah Allah menunjukkan keilmuan dan kemampuan Adam diatas para Malaikat Allah memerintahkan mereka tunduk kepada Adam simbol orang-orang yang berilmu.

Dan di ayat selanjutnya Allah mempersilahkan Adam untuk menikmati hadiah dari Allah Surga yang penuh dengan kesenangan dan ketentraman.

Itulah balasan bagi mereka yang diberikan Ilmu memiliki kedudukan diatas malaikat dan tentunya surge yang Allah janjikan. Rasulullah Mengajarkan kita untuk senantiasa berdo’a.

“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak takut, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak didengar(dikabulkan)”. Wallahu a’lam.

Sumber: narasihikmah.com